selamat datang di blog saya ini

Welcome Comments Pictures

Sabtu, 28 Mei 2011

Upanisad



BAB I
PENDAHULUAN

1.1        Latar belakang
     
Masalah Era globalisasi mambawa dampak yang signifikan terhadap perubahan-perubahan tata nilai kehidupan masyarakat salah satu bentuk perubahan tata nilai tersebut seperti "lemahnya keyakinan keagamaan, sikap individualistis, materialistis dan hedonistis". Keadaaan ini berlawanan dengan ajaran Hindu sekaligus tidak mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional. Untuk menghindari pengaruh era globalisasi itu maka diperlukan Model Pembelajaran yang lebih khusus yaitu belajar di suatu pasraman.
 Model Pembelajaran dalam Upanishad secara umum di rujuk pada pengertian secara etimologi dari kata Upanishad itu sendiri yang mengandung arti “duduk dibawah dan didekatnya” (acarya). Jadi Upanisad memuat pokok-pokok ajaran guru sejati untuk seorang siswa/sisya (sadhaka), bersimpuh dekat kaki sang guru. Dengan dekat ini seorang siswa akan dapat mendengar apa yang disampaikan oleh sang guru (acarya), Orang-orang suci atau guru ini mengambil sikap tidak banyak bicara dalam menyampaikan kebenaran. Mereka menuntun siswa untuk tetap berpikiran rohani sehingga apa yang diajarkan tidak semata-mata pemahaman kognitif tetapi tercermin juga asfek psikomotorik dan afektifnya. Pembelajaran seperti ini biasanya dilakukan di pasraman- pasraman. Dan sampai saat ini pasraman merupakan tempat yang paling baik untuk mempertahankan model pembelajaran upanisad tersebut.

Dalam Pasraman bukan membentuk manusia yang hanya akan menggeluti hal hal yang bersifat rohani saja akan tetapi mengajarkan rangkaian pengetahuan yang bermanfaat dan memang dibutuhkan oleh masyarakat. Jadi didalam hubungannya dengan UU Pendidikan Nasional dan Hinduisme, pasraman adalah institusi pendidikan yang memberikan pendidikan baik yang formal dan non-formal akan tetapi memiliki basis Hindu. 


1.2        Rumusan masalah
            Berdasarkan latar belakang diatas, masalah yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:
  1. Bagaimana Model Pembelajaran Upanisad dalam Pasraman?
  2. Apa manfaat model Pembelajaran Upanisad dalam Pasraman?

1.3        Tujuan
 Adapun tujuan dari makalah ini adalah:
  1. Memenuhi tugas dari mata kuliah Upanisad II
  2. Mengetahui model pembelajaran upanisad dalam pasraman dan manfaatnya 
  3. BAB I
PEMBAHASAN

              Model Pembelajaran Upanisad dalam Pasraman

            Pengertian Upanisad

            Kitab-kitab Upanisad dinyatakan sebagai gudang wahana dari pemikiran kebijaksanaan terbesar milik dunia. Tentang hal ini, Arthur Schopenhaur menyatakan, dari setiap kalimat (kitab Upanisad) bagian yang sangat dalam, asil dan merupakan ajaran tentang kesadaran yang luhur pada keseluruhannya diserapi oleh semangat yang tinggi dan sungguh-sungguh suci. Diseluruh dunia tidak ada pelajaran yang demikian bermanfaat dan demikain leluhurnya seperti halnya kitab Upanisad. Kitab-kitab itu merupakan buah dari kebijaksanaan yang tinggi. Kitab-kitab itu cepat atau lambat akan menjadi keyakinan umat manusia.

            Menurut Paul Deussen menyatakan Upanisad itu merupakan ajaran/konsepsi filosofis yang tiada taranya di India atau barangkali di manapun juga di seluruh dunia.
            Dari ke dua penjelasasan tersebut di atas, betapa pentingnya arti untuk mempelajari kitab-kitab Upanisad itu. Upanisad dikenal pula dengan yang lain yaitu Vedanta (vedasya antah) yang berarti akhir dari veda. Hal ini sesuai dengan keyakinan umat Hindu, bahwa kitab-kitab Upanisad itu merupakan kelanjutan atas kesimpulan dari kitab Veda (Mantra samhita) setelah kitab-kitab Brahmana.

            Istilah upanisad berasal dari tiga kata yaitu Upa berarti dekat, ni berarti dibawah, dan sad berarti duduk. Dengan demikian kata Upanisaad berarti duduk di bawah dekat (acarya). Jadi Upanisad memuat pokok-pokok ajaran guru sejati untuk seorang siswa atau sadhaka, bersimpuh dekat kaki sang guru. Dengan dekat itu seorang siswa akan dapat mendengar apa yang disampaikan oleh guru (acarya), terutama tentang isi mantra tertentu.   

            Pengertian Pasraman

            Kata pasraman berasal dari kata “asrama” (sering ditulis dan di baca ashram) yang artinya tempat berlangsungnya proses belajar mengajar atau pendidikan. Pendidikan pasraman menekankan pada disiplin diri, mengembangkan akhlak mulia dan sifat-sifat yang rajin, suka bekerja keras, pengekangan hawa nafsu dan gemar untuk menolong orang lain. Konsep pasraman yang berkembang sekarang diadopsi dari sitim pendidikan Hindu jaman dahulu di India, sebagaimana disuratkan dalam kitab suci Veda dan hingga kini masih tetap terpelihara (Tim Penyusun, 2006 : 11). Sistim ashram menggambarkan hubungan yang akrab antara para guru (acarya) dengan para sisyanya, bagaikan dalam sebuah keluarga, oleh karena itu sistim ini dikenal pula dengan dengan para nama sistim pendidikan gurukula. Beberapa anak didik tinggal di pasraman bersama para guru sebagai anggota keluarga dan para guru bertindak sebagai orang tua siswa sendiri. Proses pendidikan di pasraman dari masa lampau itu masih tetap berlangsung sampai saat ini dikenal pula dengan istilah lainnya yakni parampara, di Jawa dan di Bali dikenal dengan istilah padepokan atau aguron-guron.


            Adapun ciri-ciri pasraman adalah
            1. Pasraman dipimpin oleh seorang acharya yang kawin. Acharya adalah seseorang yang telah belajar, yang menjalankan apa yang dia pelajari dan kemudian mengajarkan-nya kepada orang lain. Didalam pemahaman Gandhi mengenai pendidikan, hanya seorang guru yang pernah mengalami apa yang diajarkan sajalah yang pantas memberi pelajaran. (“Sebagaimana latihan fisik harus ditanamkan melalui gerakan fisik, latihan kejiwaan juga dimungkinkan hanya melaui penerapan latihan nyata pada jiwa. Dan latihan jiwa ini seluruhnya tergantung pada kehidupan serta watak si guru. Oleh karena itu jika disuruh mengerjakan sesuatu, selalu harus ada seorang guru yang membimbing dan benar benar ikut mengerjakan pekerjaan itu bersama mereka.”.Acharya yang kawin tentu saja untuk membuat suasana pasraman persis seperti sebuah lingkungan keluarga dan juga untuk penghormatan perempuan sebagai Ibu Sarasvati, yang memang dimulai dari waktu dini.
            2. Lokasi pasraman tidak pernah dihutan belantara yang tidak ada penghuninya. Kembali hal ini sebagai pengejawantahan dari penghormatan kepada perempuan sebagai ibu, karena ketika setiap pagi para sisya memulai pergi keluar ashram dan mengetuk pintu rumah untuk sedekah, yang dihadapi mereka adalah para ibu yang sedang mempersiapkan santapan 
            3. Ideal-nya, setiap ashram sebaiknya sejak semula adalah svadyaya, bisa berdiri sendiri. Hal ini sangat penting, karena tujuannya tentu sajalah kepentingan jangka panjang. Ashram dimana sisyanya tidak bekerja dan pembiayaan sepenuhnya kepada “dana abadi” misalnya adalah tidak benar, karena hal ini mencerminkan bahwa (sejak semula) sisya itu tidak dilatih untuk berdiri sendiri. Yang dihasilkan pastilah sisya yang sikap mentalnya kurang baik. Sejak semula pula harus dicari suatu jalan didalam mana ashram itu memiliki penghasilan dan membelajarkan para sisya untuk kegiatan yang menghasilkan, misalnya saja menanam pohon obat, memiliki penginapan atau program pelatihan dll.
            4. Semakin besar atau semakain banyak kegiatan pasraman, maka segi pemeliharaan dan usaha dari pasraman akan semakin terasa. Hal ini memerlukan satu sisi dari penanganan yang bersifat modern. Pengelolaan dana, kekayaan dan usaha dari pasraman memerlukan suatu sistim management yang modern, walaupun kegiatan sehari hari didalam ashram tetap dipimpin oleh seorang acharya.
            5. Pendidikan dan latihan didalam pasraman juga terstruktur, dimana semakin tinggi jenjang pendidikan, pemahaman para sisya mengenai tattva, etika dll tentu lebih luas.

            Jadi Pembelajaran upanisad dalam pasraman bisa kita lihat dari pengertian Upanisad, yaitu etimologi dari kata Upanishad itu sendiri yang mengandung arti “duduk dibawah dan didekatnya”. Sekelompok murid duduk dekat sang guru untuk mempelajari ajaran Upanisad, mengkaji masalah yang paling hakiki dan menyampaikan kepada siswa didekat mereka. Biasanya ajaran upanisad diyakini mengajarkan hal-hal yang rahasia, yaitu rahasia alam semesta termasuk rahasia ketuhanan, maka penyampaian dan sifat wahyu itupun harus disampaiakan secara rahasia, yaitu tidak bersifat terbuka atau umum. maka dari itulah kitab upanisad ini dikenal dengan nama kitab Rahasia. Sifat rahasia ini kita bisa lihat pada tradisi bali yaitu ketika seseorang dinobatkan menjadi seorang dvijati (pandita sisya), setelah dianugrahkan abhisekanama atau nama baru (delar dvijati) oleh pandita guru, selanjutnya pandita sisya diberikan pawisik atau sabda rahasya untuk di taati sepenuhnya dalam meniti hidup melakukan swadharma sebagai seorang dvijati. Tradisi ini merupakan kelanjutan pula dari tradisi dan sistem pendidikan di zaman Upanisad di masa yang lalu. pawisik atau sabda rahasya itu harus tetap dirahasiakan oleh pandita sisya yang menerimanya. Karena memiliki sifat rahasia kitab upanisad harus di pelajari di tempat-tempat yang rahasia pula yaitu dalam sebuah pasraman. Kata pasraman berasal dari kata “asrama” (sering ditulis dan di baca ashram) yang artinya tempat berlangsungnya proses belajar mengajar atau pendidikan.

            Pendidikan pasraman menekankan pada disiplin diri, mengembangkan akhlak mulia dan sifat-sifat yang rajin, suka bekerja keras, pengekangan hawa nafsu dan gemar untuk menolong orang lain. Sistim ashram menggambarkan hubungan yang akrab antara para guru (acarya) dengan para sisyanya, bagaikan dalam sebuah keluarga, oleh karena itu sistim ini dikenal pula dengan dengan para nama sistim pendidikan gurukula. Beberapa anak didik tinggal di pasraman bersama para guru sebagai anggota keluarga dan para guru bertindak sebagai orang tua siswa sendiri. Proses pendidikan di pasraman dari masa lampau itu masih tetap berlangsung sampai saat ini dikenal pula dengan istilah lainnya yakni parampara, di Jawa dan di Bali dikenal dengan istilah padepokan atau aguron-guron.

            Kata kunci hidup di pasraman ( Ashram adalah siap). Kesiapan dari kedua belah pihak, baik dari pihak murid maupun pihak guru. Adapun Beberapa model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru-guru di Pasraman antara lain dengan menggunakan metode pembinaan agama Hindu yang dikenal dengan sad dharma, yaitu :




a. Dharma Tula, yaitu bertimbang wirasa atau berdiskusi.
            Tujuan metode dharma tula adalah sebagai salah satu metode yang dapat dipakai sarana untuk melaksanakan proses pembelajaran agar siswa lebih aktif, dengan harapan para siswa nantinya mampu dan memiliki keberanian untuk mengemukakan pendapat serta dalam rangka melatih siswa untuk berargumentasi dan berbicara tentang keberadaan Hindu.

b. Dharma Wacana, adalah metode pembelajaran agama Hindu yang dapat digunakan untuk mendiskripsikan materi pembelajaran agama Hindu kepada siswa.

c. Dharma Gita, adalah nyanyian tentang dharma atau sebagai dharma, maksudnya ajaran agama Hindu yang dikemas dalam bentuk nyanyian spiritual yang bernilai ritus sehingga yang menyanyikan dan yang mendengarkannya sama-sama dapat belajar menghayati serta memperdalam ajaran dharma.

d. Dharma Yatra, yaitu usaha meningkatkan pemahaman dan pengalaman pembelajaran agama Hindu melalui persembahyangan langsung ke tempat-tempat suci.

e. Dharma Sadhana, adalah realisasi ajaran dharma yang harus ditanamkan kepada siswa dalam rangka meningkatkan kualitas diri untuk selalu taat dan mantap dalam menjalankan ajaran agama Hindu.

f. Dharma Santi, yaitu kebiasaan saling memaafkan diantara sesama umat, bahkan diantara umat beragama.

            Sedangkan siswanya/sisyanya duduk di bawah sambil mendengarkan gurunya ( acarya) melakukan pencerahan jiwa bagi dirinya maupun orang lain. Ini merupakan ciri khas dari kitab-kitab upanisad yaitu bentuk penyajian ajaran yang disampaikannya, yaitu selalu berbentuk dialog antara murid (sisya ) yang bertanya kepada seorang guru (acarya) dalam pendidikan pesraman (ashram). Rupanya bentuk tanya jawab semacam ini sangat disenangi dan efektif  terbukti dari buku-buku yang tersusun pada masa kemudiannya sebagai besar memakai bentuk tanya jawab. Bentuk tanya jawab ini antara guru dengan sisya/ siswa terdapat dalam kitab-kitab Tattwa seperti wrhaspatitattwa, Ganapatitattwa, Agastayaparwa dan lain-lain. 

             Manfaat model pembelajaran Upanisad adalam Pesraman
            Sebelum kita mengetahi manfaat dari model pembelajaran Upanisad dalam Pasraman lebih baik kita mengetahi pokok-pokok dari ajaram kitab Upanisad. Adapun pokok-pokok ajaran Kitab Upanisad, yaitu:

  1. Brahman
            Pada hakekatnya pokok-pokok ajaran yang terkandung dalam berbagai kitab Upanisad berkisar pada dua asas, yaitu Brahman  dan  Upanisad. Disamping membahas dua asas tersebut, kitab-kitab Upanisad juga membahas hal-hali yang berhubungan dengan kedua asas diatas seperti maya, dan penciptaan dunia, karma dan penjelmaan serta ajaran tentang moksa sebagai tujuan tertinggi.
Brahman berasal dari kata brh berarti yang memberi hidup, menjadikan kembang, meluap. Kata brahman ini menunjukan pada pengertian aktif  yang membawa pada suatu pertumbuhan yang tidak henti-hentinya.
      Adapun pengertian Brahman yang lain yang dikemukaan oleh swami rama dalam bukunya Mandukya Upanisad, Enlightenment without God yaitu sebagai berikut:
 Kata Brahnam berasal dari bahasa sansekerta, akar kata brha atau brhi yang berarti meluap/mengembang, pengetahuan atau yang meresapi segala. Kata ini selalu dalam jenis kelamin neutrum (banci), hal ini menunjukan bahwa Tuhan (kebenaran mutlak) berada diluar konsep jenis kelamin laki-laki (masculinum) dan wanita (feminium) dari segala sesuatu yang bersifat dualitas. Brahman hadir dimana-mana, maha tahu, maha kuasa, itulah sifat dasar dari satu kebenaran mutlak. Ia adalah kebenaran sejati, Kesadaran tertinggi, yang tidak pernah dipengaruhi oleh perubahan sifat duniawi, adalah Berahman itu. Ia yang menjadikan diriNya sendiri dan memenuhi seluruh alam semesta untuk menampakan diriNya itulah Brahman.
Dari uraian tersebut diatas maka pengertian brahman adalah Tuhan Yang Maha Esa, Mahaada, Maha mengetahui, Maha kuasa, tidak berjenis kelamin laki-laki ataupun perempuan, yang meresapi seluruh alam semsta dan merupakan hakikat Sang Diri dan seluruh umat manusia. Brahman adalah asas alam semesta, Ia yang menggunakan alam semesta sesuai dengan kuasa dan hukumNya.

  1. Atman
            Atman berasal dari kata an yang artinya bernafas. Dengan bernapas itu hidup. Jadi napas itu satu kehidupan. Didalam pengkajianya istilah atman makin berkembang, mencangkup seluruh aspek hidup, roh, dan pribadi roh itu.

            Tetapi disadari pula jiwa atau Atman itu kekal, tidak pernah mati dan karena itu pengalaman suka dan duka bukan merupakan sifatnya. Bahakan dalam Rg Veda, atman juga disebut  ajo bhagah atau bagian yang tidak dilahirkan.

            Atman dan Brahman tidak dapat dipisahkan karena Atman merupakan asas hidup makhluk yang menjadiakan makhluk itu hidup, bergerak, dan menerima pahala dari karmanya. Sedangakn Brahman merupakan asas dari alam semaesta yang menjadiakan alam semaesta ini bergerak menurut hukumNya.

  1. Maya dan Penciptaan
            Kata maya diartikan prajna dan kapata. Kata kapata berarti fatamorgana atau menyesatkan, sehingga seseorang melihat kenyataan yangb tidak benar itu seakan-akan nyata seperti apa yang dialami dalam alam empiris. Tuhan Yang Maha Esa (Brahman) dianggap sebagai sebagai pencipta adalah karena maya atau sakti yang melekat pada diri-Nya yang secara potensial mampu mengadakan dari tidak ada menjadi ada. Ini ajaib dan ini mujisat. Ini pula yang disebut maya.
            Jadi berdasarkan kutipan diatas, maka maya adalah kekuatan yang melekat pada Tuhan, sebagai bayanganNya, yang nampak hanya gejalanya (seperti alam semesta ini) yang sesungguhnya tidak bersifat absolut atau sejati.



  1. Karma dan Penjelmaan
            Karma atau Karmaphala merupakan salah satu sraddha dan Panca sraddha (lima keimanan dalam agama Hindu). Untuk jelasnya pengertian tentang Karma itu, disini di kutipkan beberapa pendapat.

            Menurut kitab-kitab Upanisad, semua perbuatan, apakah baik atau buruk masing-masing akan berbuah (berpahala) apakah dinikmati di dunia ini atau di akhirat. Hukum karma tidak dapat dipungkiri dan tak seorangpun yang dapat menghindarinya, kecuali orang-orang suci yang telah mencapai penerangan dapat bersatu dengan Brahman.
            Ajaran karma berkembang dari ajaran rta pada weda kuna yang berarti hukum dan hukum alam kodrat. Kata Karma ini tidak saja berarti hukum alam teteapi juga hukum moral di dunia ini.

            Kata Karma berasal dariurat kata Kr yang artinya mengerjakan, dan karenanya Karma berarti kerja atau perbuatan. Jadi Karma adalah perbuatan yang dilakukan baik atau buruk, benar atau salah tidak dapat dipungkiri pasti akan berpahala baik pada waktu hidupnya kini atau dalam penjelmaan atau kehidupan yang akan datang. Dari karma ini akan terjadi penjelmaan akan terjadi.

  1. Moksa
            Kitab-kitab Upanisad yakin bahwa moksa itu dapat dicapai setelah seseorang meninggal ataupun juga pada setiap kehidupan. Bila jiwa dapat merealisasikan dirinya dengan brahman, maka Moksapun segera dapat tercapai .

            Moksa adalah kelepasan dari segala ikatan dan bebas dari Samsara. Hal ini bukanlah keaddan yang negatif, tidak saja bebas dari penderitaan, melainkan adalah hal yang positif, mutlak dan merupakan rahmat yang tidak dapat diganggu.

            Jadi manfaat Model Pembelajaran Upanisad dalam Pasraman adalah
1. Penanaman nilai-nilai ajaran kitab Upanisad yang dapat dijadikan pedoman hidup dalam mencapai kebahagiaan hidup (Moksartham Jagadhita).
2. Pengembangan Sradha dan Bhakti kehadapan Hyang Widhi (Tuhan).
3. Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum.
4. Penyiapan kemampuan sikap mental siswa yang ingin melanjutkan studi kejenjang yang lebih tinggi.
5. Mempersiapkan kematangan dan daya resistensi siswa dalam mengadaptasi diri terhadap lingkungan fisik dan sosial.
6. Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan dan pengamalan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari.
7. Pencegahan peserta didik dari hal-hal negatif yang diakibatkan oleh pergaulan dunia luar.


           
















BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

            Istilah upanisad berasal dari tiga kata yaitu Upa berarti dekat, ni berarti dibawah, dan sad berarti duduk. Dengan demikian kata Upanisaad berarti duduk di bawah dekat (acarya). Jadi Upanisad memuat pokok-pokok ajaran guru sejati untuk seorang siswa atau sadhaka, bersimpuh dekat kaki sang guru. Dengan dekat itu seorang siswa akan dapat mendengar apa yang disampaikan oleh guru (acarya), terutama tentang isi mantra tertentu.  Sedangkan pasraman adalah tempat berlangsungnya proses belajar mengajar atau pendidikan. Pendidikan pasraman menekankan pada disiplin diri, mengembangkan akhlak mulia dan sifat-sifat yang rajin, suka bekerja keras, pengekangan hawa nafsu dan gemar untuk menolong orang lain.

            Adpun ciri-ciri pasraman adalah Pasraman dipimpin oleh seorang acharya yang kawin/tidak kawin, Lokasi pasraman tidak pernah dihutan belantara yang tidak ada penghuninya, bias berdiri sendiri, Semakin besar atau semakain banyak kegiatan pasraman, maka segi pemeliharaan dan usaha dari pasraman akan semakin terasa.
Pendidikan dan latihan didalam pasraman juga terstruktur.

            Model pembelajaran Upanisad dalam Pasraman yaitu Dharma Tula, Dharma Wacana, Dharma Gita, Dharma Yatra, Dharma Sadhana, Dharma Santi dengan adanya model pembelajaran tersebut maka siswa lebih dekat dengan sang guru. Selain itu siswa lebih jelas mengetahui ajaran-ajaran pokok yang terkandung dalam kitab Upanisad yaitu seperti percaya dengan Brahman, Atman, Maya dan Penciptaan, Karma dan Penjelmaan, dan Moksa. Inilah manfaat model pembelajaran Upanisad dalma Pasraman.

3.2 Saran
Kitab-kitab upanisad merupakan kitab rahasia, jika ingin mempelajarinya pelajarilah di tempat-tempat rahasia pula, yaitu dalam pasraman. 



 
DAFTAR PUSTAKA

Titib I Made. 1994. Untaian Ratna Sari Upanisad. Denpasar : Yayasan Dharma Narada
Bagus Oka Gd. Kehidupan Ashram dari hari kehari. yayasan Bali Canti Sena (Cetakan Pertama).




Tidak ada komentar:

Posting Komentar