selamat datang di blog saya ini

Welcome Comments Pictures

Minggu, 26 Juni 2011

jati diri yang hilang

Sekarang manusia hanya bisa saling menyalahkan dan merasa paling benar atas apa yang dilakukannya. kepentingan individu sangat diutamakan ketimbang kepentingan sosial,manusia lupa akan perjuangan para pahlawan yang telah membela negara yang kita cintai ini, mereka saling bantu membantu demi negara ini. tetapi sekarang kita hanya bisa merusak dan meninggalkan apa yang mestinya kita pertahkan untuk mengnang jasa-jasa para pahlawan kita dulu. apa dengan membuatkan menumen-menumen yang mewah sudah merasa cukup untuk menghormati mereka? yang tahu jawabannya hanyalah diri kita masing-masing.
negara indonesia terkenal di seluruh dunia karena kebudayaan yang sangat melimpah dan itu membut para akhli dunia meneliti ke indonesia. jika ini kita biarkan, besok apa yang kita berikan kepada anka cucu kita? kita boleh mengasih orang luar meneliti ke negara kita tapi mestinya kita juga jaga kebudayaan bangsa kita dengan membuatkan perlindungan terhadap hasil kebudayaan kita agar hasil kebudayaan itu tidak di akui oleh bangsa lain.
mari kita bangkit dari tidur dan tunjukan jati diri kita sebagai bangasa Indonesia yang terkenal dengan semangat kekeluargaan, gotong royang dan amalkan ajaran-ajaran yang tertanam dalam pancasila.
kita tidak mau menjadi tamu di dalam negeri sendiri dan terlena taerhadap dunia luar. apa yang dilakukan dunia luar kita pasti bisa lakukan asalkan masih ada semangat yang berkobar dalam diri kita.
semangatlah bangsaku......

Rabu, 08 Juni 2011

serangan ulat


Liputan6.com, Gunung Kidul: Hama ulat bulu raksasa di Dusun Sambeng, Desa Sambirejo, Ngawe, Gunung Kidul, Yogyakarta, mulai masuk ke rumah warga. Pantauan Liputan 6 SCTV, Sabtu (28/5), ribuan ulat bulu raksasa terlihat di tembok rumah warga. Bahkan, ulat bulu sudah masuk ke kamar serta ruangan di dalam rumah warga.
Menurut warga, serangan ulat bulu raksasa ini sudah terjadi sejak dua hari terakhir. Awalnya, ulat bulu hanya menyerang pohon jambu mete. Namun, kini ulat bulu juga memasuki rumah warga.
Sebenarnya, warga sudah melakukan langkah-langkah guna mengurangi serangan ulat bulu. Di antaranya dengan membersihkan dan menyapu ulat bulu itu. Setelah terkumpul banyak, ulat bulu dibakar. Namun, upaya tersebut ternyata belum berhasil mencegah penyebaran ulat bulu. Bahkan, jumlahnya kian banyak.
Warga juga sudah meminta kepada dinas terkait untuk melakukan langkah-langkah pencegahan. Namun, sampai sekarang belum ada tanggapan.
Sebelumnya, serangan ulat bulu menghancurkan puluhan hektare pohon jambu mete di Kecamatan Semanu, Gunung Kidul. Petani mengaku rugi hingga jutaan rupiah akibat serangan hama ini [baca: Warga Khawatirkan Serangan Ulat Bulu Raksasa].(BOG)

Sabtu, 28 Mei 2011

darsana


Daridra Persefektif Kuwlitas Diri
Kemiskinan Moral dan Pengetahuan berpengaruh pada Kuwalitas diri






Oleh:
               I Wayan Supartika
              09.1.1.1.1.3103
               Kelas: B/Siang/ IV
Jurusan: Pendidikan Agama
                
BAB I
PENDAHULUAN
                
1.1. Latar belakang
            Daridra (kemiskinan) merupakan ancaman bagi suatu bangsa, karena dengan adanya kemiskinan negara tidak akan menjadi tenang dan nyaman bagi masyarakat yang berada di negara tersebut. Maka dengan demikian pemerintah harus menyiapkan suatu lembaga untuk mengurangi kemiskinan. Dengan suatu lembaga ini diharapkan bisa mengurangi kemiskinan di Negaranya, baik itu kemiskinan moral maupun kemiskinan ilmu pengetahuan .
Orang menjadi miskin bukan karena seseorang itu dibelenggu takdir-karma (konservatif) ataupun karena malas (liberal), namun orang menjadi miskin karena ketidakadilan struktural oleh Negara maupun pemilik. Kemiskinan yang sangat menakutkan terdapat dalam diri individu-individu adalah kemiskinan moral dan pengetahuan. Dengan miskinnnya moral dan pengetahuan seseorang, maka akan mempengaruhi kualitas dirinya sendiri. Dengan demikana untuk menanggulangi kemiskinan moral dan pengetahuan hendaknya kita mengetahui hal apa saja yang dapat menyebabkan kemiskinan tersebut dan upaya apa saja yang dapat menanggulangi kemiskinan itu.

1.2. Rumusan Masalah
      1. Apa yang dimaksud dengan kemiskinan?
      2. Apa yang dimaksud dengan Moral dan Pengetahuan?
      3. Apa yang menyebabkan terjadinya kemiskinan moral dan pengetahuan?
     4. Bagaimana Kemiskinan dalam diri dipandang dari sudut Nyaya dalam Sad Darasana?

1.3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan ini adalah:
      1. Mengetahui Pengertian kemiskinan
      2. Mengtahui Pengertian Moral dan Pengetahuan
      3. Mengetahui Penyebab Terjadinya Kemiskinan Moral dan Pengtahuan
      4. Mengetahui Kemiskinan dalam diri dipandang dari sudut Nyaya dalam Sad darsana

1.4. Metoda Penulisan
1.      Dengan cara Praktyaksa Pramana
2.  Dengan cara Anumana Pramana
3. Dengan cara Sabda Pramana

BABII
PEMBAHASAN
2.1.  Pengertian Kemiskinan
Menurut Nugroho (2002:165), kemiskinan merupakan kondisi absolute/relative yang menyebabkan seseorang atau kelompok masyarakat dalam suatu wilayah tidak mempunyai kemampuan untuk mencukupi kebutuhan dasarnya sesuai dengan tata nilai atau norma tertentu yang berlaku dalam masyarakat karena sebab-sebab natural, kultural atau struktural. Dengan kemiskinan ini akan mempengruhi sikap keagamaannya karena orang miskin akan selalu ingat dengan Tuhannya misalkan ada masalah pasti orang yang miskin ini akan berdoa “ya Tuhan mengapa ini terjadi dengan hamba” atau ya Tuhan Trimakasih atas rahmatnya”. Dengan ini membuktikan bahwa orang miskin hina dihadapan orang lain tapi orang miskin mulia di hadapan Tuhan.
Kemiskinan hakiki terjadi pada sikap mental atau akhlak dan pola pikir seseorang. Korupsi tidak akan terjadi bila akhlak manusia tidak rusak terutama akhlak dalam diri manusia.  Semua proses kebijakan, akan beres dengan sendiri bila kerusakan moral tidak terjadi dalam diri seseorang yang berpengaruh besar pada kualitas diri. Kerusakan  moral terjadi lantaran tertutupnya diri seseorang dan hati nurani seseorang. Hal itu berakibat pada hilangnya kebersamaan, perasaan belas kasih, kepedulian serta kearifan sehingga setiap perbuatannya selalu memberikan dampak yang menghancurkan merugikan diri dan lingkungannya.
Tertutupnya hati nurani membawa akibat seseorang hidup di alam penderitaan tanpa akhir sehingga ia tidak lagi mempunyai harapan terhadap masa depannya. Pada akhirnya akan menyebabkan yang bersangkutan mempunyai pola pikir bahwa nasibnya adalah miskin. Dampak lain yang ditimbulkan dari tertutupnya hati nurani manusia terutama dalam diri seseorang  adalah adanya golongan masyarakat yang tidak memiliki perasaan dan tidak menghargai orang lain serta alam lingkungan  di sekitarnya. Mereka menjadi sewenang-wenang dan mau menangnya sendiri. Dalam kondisi yang semacam ini, mereka hanya memikirkan keuntungan dan kesenangannya dirinya sendiri tanpa mempedulikan kebutuhan dan kepentingan orang lain.
Hal ini menyebabkan karena kemiskinan moral dan pengetahuan yang berdampak pada kualitas diri seseorang dimana hal ini berpengaruh pada rendah atau tingginya kualitas diri seseorang. Hati nurani yang tertutup juga menyebabkan tertutupnya kekuatan daya hidup yang ada di dalam diri sehingga orang yang bersangkutan akan kehilangan energi yang diperlukan untuk bergerak. Ia akan menjadi seorang pemalas yang hanya dapat meratapi nasib karena tidak menyadari bahwa sesungguhnya kemiskinan yang dialaminya adalah akibat dari kotoran atau  dosa yang timbul karena perbuatannya sendiri. Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa untuk mengatasi kemiskinan, harus dimulai dari membersihkan dan menjaga moral dan pengetahuan yang berdampak dan berpengaruh pada kualitas diri seseorang agar kemiskinan tidak terjadi dalam diri seseorang.
Dengan mempunyai moral dan pengetahuan serta wawasan yang luas maka akan terhindar dari kemiskinan baik dalam diri maupun dalam lingkungan. Kemiskinan bukan disebabkan tidak adanya keterampilan atau keahlian yang cukup. Kemiskinan bukan masalah tidak adanya pekerjaan tetap, kemiskinan bukan karena tingginya biaya hidup, kemiskinan bukan masalah kebijakan yang tidak berpihak kepada si miskin. Kemiskinan merupakan sebuah masalah pada sikap mental dan pola pikir seseorang yang berdampak pada moral seseorang. Kemiskinan dapat dikatakan sebagai masalah tentang moral yang rusak. Kerusakan moral disebabkan oleh tertutupnya hati nurani seseorang, yang mengakibatkan setiap perbuatannya selalu memberikan dampak yang menghancurkan merugikan diri sendiri dan lingkungannya. Hati nurani yang tertutup mengakibatkan seseorang hidup di alam penderitaan tanpa akhir sehingga ia tidak lagi mempunyai harapan terhadap masa depannya. Pada akhirnya akan menyebabkan yang bersangkutan mempunyai pola pikir bahwa nasibnya adalah miskin.
Tertutupnya nurani manusia menyebabkan orang tidak memiliki perasaan serta tidak menghargai orang lain dan alam di sekitarnya. Mereka menjadi sewenang-wenang, penindas, buas seperti binatang  dan mau menangnya sendiri. Dalam keadaan semacam ini, mereka hanya memikirkan keuntungan dan kesenangannya sendiri, tidak peduli pada kebutuhan dan kepentingan orang lain. Tertutupnya hati nurani juga membawa akibat tersumbatnya kekuatan daya hidup pada diri seseorang sehingga manusia yang bersangkutan akan kehilangan energi yang diperlukan untuk bergerak. Ia akan jadi orang malas yang hanya bisa meratapi nasib gara-gara tidak menyadari bahwa sesungguhnya kemiskinan yang dialaminya adalah akibat dari dosa yang timbul karena perbuatannya sendiri. Lentera hati hanya bisa dihidupkan dengan membersihkan diri dari kotoran dosa. Kesadaran individu untuk selalu berusaha menjadi insan mulia yang berguna bagi orang lain akan mampu membuka hati yang tertutup. Nurani tak tertutup bila manusia meminimalisir egoisme (syukur bisa menghilangkan). Hati akan mudah terbuka bila belas kasih, empati, kepedulian  kita kepada sesama  manusia

2.2. Pengertian Moral dan Pengetahuan
Istilah Moral berasal dari bahasa Latin. Bentuk tunggal kata ‘moral’ yaitu mos sedangkan bentuk jamaknya yaitu mores yang masing-masing mempunyai arti yang sama yaitu kebiasaan, adat. Bila kita membandingkan dengan arti kata ‘etika’, maka secara etimologis, kata ’etika’ sama dengan kata ‘moral’ karena kedua kata tersebut sama-sama mempunyai arti yaitu kebiasaan,adat. Dengan kata lain, kalau arti kata ’moral’ sama dengan kata ‘etika’, maka rumusan arti kata ‘moral’ adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Sedangkan yang membedakan hanya bahasa asalnya saja yaitu ‘etika’ dari bahasa Yunani dan ‘moral’ dari bahasa Latin. Jadi bila kita mengatakan bahwa perbuatan pengedar narkotika itu tidak bermoral, maka kita menganggap perbuatan orang itu melanggar nilai-nilai dan norma-norma etis yang berlaku dalam masyarakat. Atau bila kita mengatakan bahwa pemerkosa itu bermoral bejat, artinya orang tersebut berpegang pada nilai-nilai dan norma-norma yang tidak baik.
‘Moralitas’ (dari kata sifat Latin moralis) mempunyai arti yang pada dasarnya sama dengan ‘moral’, hanya ada nada lebih abstrak. Berbicara tentang “moralitas suatu perbuatan”, artinya segi moral suatu perbuatan atau baik buruknya perbuatan tersebut. Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk.
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang (Notoatmodjo 2003). Menurut Taufik (2007), pengetahuan merupakan penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan lain sebagainya).
Pengetahuan merupakan raja pendidikan dan bersifat rahasia karena pengetahuan kita bisa mengetahui filosofi-filosopi hakikat kebenaran tentang  Tuhan dan roh itu sendiri. Pernyataan ini dipertegas dalam kitab bhagavad-gita sloka 9.2
raja-vidya raja guhyam pavitram idam uttamam
pratyaksavagamam dharmyam su-sukham kartum avyayam
Artinya:
            Pengetahuan itu adalah raja pendidikan, yang paling rahasia di antara segala rahasia.Inilah pengetahuan yang paling murni, pengetahuan ini adalam kesempurnaan darma, karena memungkinkan seseorang melihat sang diri secara langsung melalui keinsafan. Pengetahuan ini kekal dan dilaksanakan dengan riang.
            Dalam kutipan bhagavad-gita diatas bahwa pengetahuan merupakan raja pendidikan karena dengan pengetahuan manusia bisa menghindarkan dirinya dari kemiskina, kebodohan,dll. di katakana demikan dengan pengetahuan manusia bisa menggunakan pikirannya untuk berbuat seuatu untuk menghidarkan dirinya dari kemiskin, dan menjadikan dirinya sebagai sumber pemberantas kemiskinan  dengan cara menciptakan lapangan pekerjaan untuk orang lain. selain itu pula dengan pengetahuan manusia bisa menjadi manusia sesungguhnya karena manusia yang sesungguhnya sadar bahwa manusia yang satu dengan yang lain adalah sama yaitu berasal dari Tuhan.     

Upanisad



BAB I
PENDAHULUAN

1.1        Latar belakang
     
Masalah Era globalisasi mambawa dampak yang signifikan terhadap perubahan-perubahan tata nilai kehidupan masyarakat salah satu bentuk perubahan tata nilai tersebut seperti "lemahnya keyakinan keagamaan, sikap individualistis, materialistis dan hedonistis". Keadaaan ini berlawanan dengan ajaran Hindu sekaligus tidak mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional. Untuk menghindari pengaruh era globalisasi itu maka diperlukan Model Pembelajaran yang lebih khusus yaitu belajar di suatu pasraman.
 Model Pembelajaran dalam Upanishad secara umum di rujuk pada pengertian secara etimologi dari kata Upanishad itu sendiri yang mengandung arti “duduk dibawah dan didekatnya” (acarya). Jadi Upanisad memuat pokok-pokok ajaran guru sejati untuk seorang siswa/sisya (sadhaka), bersimpuh dekat kaki sang guru. Dengan dekat ini seorang siswa akan dapat mendengar apa yang disampaikan oleh sang guru (acarya), Orang-orang suci atau guru ini mengambil sikap tidak banyak bicara dalam menyampaikan kebenaran. Mereka menuntun siswa untuk tetap berpikiran rohani sehingga apa yang diajarkan tidak semata-mata pemahaman kognitif tetapi tercermin juga asfek psikomotorik dan afektifnya. Pembelajaran seperti ini biasanya dilakukan di pasraman- pasraman. Dan sampai saat ini pasraman merupakan tempat yang paling baik untuk mempertahankan model pembelajaran upanisad tersebut.

Dalam Pasraman bukan membentuk manusia yang hanya akan menggeluti hal hal yang bersifat rohani saja akan tetapi mengajarkan rangkaian pengetahuan yang bermanfaat dan memang dibutuhkan oleh masyarakat. Jadi didalam hubungannya dengan UU Pendidikan Nasional dan Hinduisme, pasraman adalah institusi pendidikan yang memberikan pendidikan baik yang formal dan non-formal akan tetapi memiliki basis Hindu. 


1.2        Rumusan masalah
            Berdasarkan latar belakang diatas, masalah yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:
  1. Bagaimana Model Pembelajaran Upanisad dalam Pasraman?
  2. Apa manfaat model Pembelajaran Upanisad dalam Pasraman?

1.3        Tujuan
 Adapun tujuan dari makalah ini adalah:
  1. Memenuhi tugas dari mata kuliah Upanisad II
  2. Mengetahui model pembelajaran upanisad dalam pasraman dan manfaatnya 
  3. BAB I
PEMBAHASAN

              Model Pembelajaran Upanisad dalam Pasraman

            Pengertian Upanisad

            Kitab-kitab Upanisad dinyatakan sebagai gudang wahana dari pemikiran kebijaksanaan terbesar milik dunia. Tentang hal ini, Arthur Schopenhaur menyatakan, dari setiap kalimat (kitab Upanisad) bagian yang sangat dalam, asil dan merupakan ajaran tentang kesadaran yang luhur pada keseluruhannya diserapi oleh semangat yang tinggi dan sungguh-sungguh suci. Diseluruh dunia tidak ada pelajaran yang demikian bermanfaat dan demikain leluhurnya seperti halnya kitab Upanisad. Kitab-kitab itu merupakan buah dari kebijaksanaan yang tinggi. Kitab-kitab itu cepat atau lambat akan menjadi keyakinan umat manusia.

            Menurut Paul Deussen menyatakan Upanisad itu merupakan ajaran/konsepsi filosofis yang tiada taranya di India atau barangkali di manapun juga di seluruh dunia.
            Dari ke dua penjelasasan tersebut di atas, betapa pentingnya arti untuk mempelajari kitab-kitab Upanisad itu. Upanisad dikenal pula dengan yang lain yaitu Vedanta (vedasya antah) yang berarti akhir dari veda. Hal ini sesuai dengan keyakinan umat Hindu, bahwa kitab-kitab Upanisad itu merupakan kelanjutan atas kesimpulan dari kitab Veda (Mantra samhita) setelah kitab-kitab Brahmana.

            Istilah upanisad berasal dari tiga kata yaitu Upa berarti dekat, ni berarti dibawah, dan sad berarti duduk. Dengan demikian kata Upanisaad berarti duduk di bawah dekat (acarya). Jadi Upanisad memuat pokok-pokok ajaran guru sejati untuk seorang siswa atau sadhaka, bersimpuh dekat kaki sang guru. Dengan dekat itu seorang siswa akan dapat mendengar apa yang disampaikan oleh guru (acarya), terutama tentang isi mantra tertentu.   

            Pengertian Pasraman

            Kata pasraman berasal dari kata “asrama” (sering ditulis dan di baca ashram) yang artinya tempat berlangsungnya proses belajar mengajar atau pendidikan. Pendidikan pasraman menekankan pada disiplin diri, mengembangkan akhlak mulia dan sifat-sifat yang rajin, suka bekerja keras, pengekangan hawa nafsu dan gemar untuk menolong orang lain. Konsep pasraman yang berkembang sekarang diadopsi dari sitim pendidikan Hindu jaman dahulu di India, sebagaimana disuratkan dalam kitab suci Veda dan hingga kini masih tetap terpelihara (Tim Penyusun, 2006 : 11). Sistim ashram menggambarkan hubungan yang akrab antara para guru (acarya) dengan para sisyanya, bagaikan dalam sebuah keluarga, oleh karena itu sistim ini dikenal pula dengan dengan para nama sistim pendidikan gurukula. Beberapa anak didik tinggal di pasraman bersama para guru sebagai anggota keluarga dan para guru bertindak sebagai orang tua siswa sendiri. Proses pendidikan di pasraman dari masa lampau itu masih tetap berlangsung sampai saat ini dikenal pula dengan istilah lainnya yakni parampara, di Jawa dan di Bali dikenal dengan istilah padepokan atau aguron-guron.

Kamis, 12 Mei 2011

yoga



                                                               BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Yoga dan Meditasi
2.1.1 Pengertian Yoga
         Yoga bukanlah sesuatu yang berhubungan dengan agama atau kepercayaan tertentu. Yoga adalah Yoga. Yoga merupakan suatu tehnik spiritual yang lebih tua dari agama apa pun juga di dunia, termasuk agama Hindu, agama tertua yang dikenal dalam catatan sejarah manusia. Ajaran Yoga dibangun oleh “Maharsi Patanjali”, dan merupakan ajaran yang sangat populer dikalangan umat Hindu. Ajaran yoga merupakan ilmu yang bersifat praktis dari ajaran Veda. Yoga berakar dari kata Yuj yang berarti berhubungan, yaitu bertemunya roh individu (atman/purusa) dengan roh universal(Paramatman/Mahapurusa). Maharsi Patanjali mengartikan yoga sebagai Cittavrttinirodha yaitu penghentian gerak pikiran. Sastra Yogasutra yang ditulis oleh Maharsi Patanjali, yang terbagi atas empat bagian dan secara keseluruhan mengandung 194 sutra diantaranya : Samadhipada, Sadhanapada, Vibhutipada dan Kailvalyapada. Yoga merupakan salah satu dari enam ajaran dalam filsafat Hindu, yang menitikberatkan pada aktivitas meditasi atau tapa di mana seseorang memusatkan seluruh pikiran untuk mengontrol panca inderanya dan tubuhnya secara keseluruhan.Yoga menyelaraskan tubuh fisik, pikiran dan jiwa. Pada tubuh fisik, yoga memberi efek kesehatan, keseimbangan, kekuatan dan vitalitas. Pada pikiran, yoga meningkatkan daya ingat, konsentrasi, menajamkan tingkat intelektual, menyeimbangkan emosi sehingga membuat hidup lebih kaya dan bahagia. Pada jiwa, yoga membawa kesadaran, kebebasan dan pencerahan.
Yoga dalam arti luas adalah suatu disiplin khusus yang diciptakan untuk membantu manusia mengharmonisasi vibrasi diri nya dengan vibrasi yang Tunggal. Jadi sebenarnya pengertian Yoga tidak terbatas pada suatu metode yang berasal dari tradisi India kuno yang kebanyakan orang mengartikannya seperti itu. Yoga itu dikenal oleh berbagai suku bangsa. Hanya saja metodenya sedikit berbeda. Seperti orang-orang israel melakukan praktek yoga dengan berdoa kepada sang Tunggal sedangkan orang-orang shaman melakukannya dengan menari-nari dan bernyanyi. Tujuan mereka melakukan itu semuanya sama, yaitu mendekatkan diri mereka dengan Sang Tunggal sampai akhirnya jiwa mereka bisa melebur ke dalam jiwa sang tunggal. Hanya saja di dalam dunia ini manusia selalu saja mempermasalahkan masalah metode tersebut.
         Yoga juga digunakan sebagai salah satu pengobatan alternatif, biasanya hal ini dilakukan dengan latihan pernapasan, olah tubuh, yang telah dikenal dan dipraktekkan selama lebih dari 5000 tahun. Orang yang melakukan tapa yoga disebut yogi, yogin bagi praktisi pria dan yogini bagi praktisi wanita.
Sastra Hindu yang memuat ajaran Yoga, diantaranya adalah Upaishad, Bhagavad Gita, Yogasutra, Hatta Yoga serta beberapa sastra lainnya. Klasifikasi ajaran Yoga tertuang dalam Bhagavad Gita, diantaranya adalah Karma Yoga/Marga, Jnana Yoga/Marga, Bakti Yoga/Marga, Raja Yoga/Marga.

seni sakral


BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar belakang
Sejarah singkat Pura Samuantiga, Sejarah pendirian Pura Samuantiga yang bersumber dari data tertulis seperti halnya Prasasti, Prakempa, Purana ataupun Babad saat ini belum banyak diketemukan. Dalam menelusuri kembali sejarah Pura Samuantiga berbagai sumber data penunjangnya sekecil apapun serta walaupun bersifat Fragmentaris masih relevan untuk dikaji.
Dari urain lontar Tatwa Siwa Purana disebutkan bahwa Pura Samuantiga dibangun pada masa pemerintahan Raja Candrasangka. Penulisan lontar Tatwa Siwa Purana dan lontar-lontar lainnya  ini mungkin sebagai upaya penulisan kembali tradisi kepercayaan sejarah lokal dan hal-hal lainnya.
Candrabhayasingha Warmadewa yang disebutkan dalam prasastinya yang sekarang tersimpan di pura Sakenan Manukaya Tampaksiring, berisi tentang pembuatan telaga atau pemandiaan suci yang disebut Tirta di Air Hampul.
Bilamana Prabu Candrasangka seperti disebutkan dalam lontar Tatwa Siwa Purana sama atau nama lain dari raja candrabhayasingha Warmadewa seperti disebutkan dalam prasasti Manukaya ynag berangka tahun 962 masehi yaitu sekitar abad X.
Pembangunan Pura Samuantiga pada abad X kiranya dalam rangka penerapan konsepsi keagamaan pada masa Bali kuna, seperti dikatakan R. Goris dimana setiap kerjaan harus memiliki tiga pura utama yaitu Pura Gunung, Pura Penataran dan Pura Segara atau Laut.
Pura Tirta Empul sebagai Pura Gunungnya, dan Pura Samuantiga sebagai Pura Penataran yaitu Pura yang berada di pusat kerajaan, seperti dilaklumi para ahli memperkirakan pusat pemerintahan pada masa Bali kuna berada di sekitar Desa Badahulu, kecamatan Blahbatuh, kabupaten Gianyar. Karena banyak di ketemukan tinggalan arkeologi ( arca-arca, tempat pertapaan ) bahkan berlangung sampai masa majapahit seperti disebutkan dalam negara Kerta Gama bahwa pusat pemerintahan Bali berada di Bedahulu dekat goa Gajah, Sehingga tidaklah berlebihan bila diasumsikan bahwa Pura Samuantiga pada abad X merupakan Pura Penataran dari kerjaan bali kuna yang belokasi di pusat pemerintahan yang dalam beberapa sumber lokal yang di sebut bata anyar.
Dari uraian lontar Tatwa Siwa purana tersebut akan munculah pertanyaan apakah nama samuantiga itu merupakan nama dari sejak berdirinya ?  Hal ini penting sekali dikaji karena pemberian nama pada suatu hal menurut tradisi masyarakat bali biasanya dihubungkan dengan tujuan tertentu atau untuk memperingati suatu peristiwa yang sangat bermakna dalam suatu proses kehidupan. Untuk menjawabnya perlu di simak sejenak makna kata Samuantiga, secare Etemologi kata Samuantiga terdiri dari perpaduan kata Samuan dan tiga. Samuan berasal dari kata samua berarti pertemuan, penyatuan, sangkep, dan Tiga baerarti 3 atau menunjuk pada bilangan tiga. Dengan demikian Samuantiga berarti pertemuan atau penyatuan dari tiga hal atau musyawarah segitiga. Dapat disimpulkan bahwa samuantiga adalah sebagai pura Penataran pada masa pemerintahan Sri candrabhayasingha Warmadewa Siwa, Buhda dan Baliaga sehingga menghasilkan konsepsi pemujaan terhadap Tri Murti  melalui terbentuknya Desa Pakraman dengan Kahyangan Tiganya. Dengan demikian tidak berlebihan bila dikatakan bahwa pura Samuantiga adalah kawitan atau cikal bakal terbentuknya Desa Pakraman di Bali.

1.2  Rumusan Masalah
  1. Apa urutan upacara siyat sampian ?
  2. Bagaimana kalau tradisi siyat sampian tersebut tidak dilaksanakan ?
  3. Apa perbedaan siyat sampian dengan siyat pajeng ?

1.3  Tujuan
Adapun tujuan diri penulisan makalah ini antara lain :
1.      Untuk menambah wawasan Mahasiswa atau Mahasiswi mengenai tradisi siat sampian.
2.      Untuk memenuhi tugas matah kuliah Seni Sakral.
3.      Sebagai bahan diskusi.


BAB II
PEMBAHASAN


2.1  Urutan  Upacara Siyat Sampian
Sebelum siyat sampian dimulai, dari acara Puja Wali yang jatuh pada Purnama kadasa sebagai upacara ngusaba yang sakral. Siyat sampian ini dilaksanakan 4 hari setelah Puja Wali dilaksanakan. Rangkaian upacaranya sebagai berikut:
v  Semua warga desa bedulu nangkil ke Pura Samuantiga jam 07.00 wita,sebelum rangkaian acara dimulai.
v  Pakaian yang dipakai oleh pengayah permas yaitu kebaya putih dan kain hitam dilengkapi dengan selendang putih, ikat rambut berupa kain putih, menggunakan bunga pucuk rajuna (kembang sepatu merah), sedangkan parekan memakai kwaca putih, kain putih, saput putih, destar putih.
v  Sebelum Permas (pengayah istri) dan Parekan (pengayah lanang) melaksanakan ayah-ayahannya, terlebih dahulu mereka melaksanakan sembahyang bersama yang diawali dari Pura Beji, kemudian dilanjutkan ke Pura Ratu Sakti, Sedan Atma, Ratu Panji, Pura Anyar, Ajeng atau  Pura Utama (Luhur).
Pukul 08.00 wita  permas yang banyaknya sekitar 500 orang, dan parekan yang banyaknya sekitar100 orang semua melingkari pura sebanyak tiga kali, setelah selesai dilanjutkan dengan upacara mebajra, setelah selesai dilanjutkan dengan upacara ngober, setelah itu dilanjutkan dengan upacara medandan selendang dan kancut, dimana upacara madandan selendang ini hanya dilakukan oleh permas saja dengan membawa dupa secara beriringan mengelilingi pura sebanyak tiga kali, dan yang terakhir dilanjutkan dengan ngombak, dimana upacara ngombak ini dilakukan oleh permas dan parekan dengan cara berpegangan tangan mengelilingi pura sebanyak tiga kali. Setelah semua rangkaian upacaranya dilaksanakan mulailah upacara siyat sampian tersebut. Sampian yang digunakan adalah sampian Dangsil atau Jerimpen.
1.      Permas yang melaksanakan siyat sampian terlebih dahulu.
2.      Dilanjutkan oleh Parekannya menarikan tarian rejang.
Tradisi siyat sampian hanya ada di Pura Samuantiga dan dilanjutkan dengan upacara tedun Ratu dilakukan oleh  para parekan. Setelah tedun Ratu para permas mempersembahkan segehan Agung dan dilanjutkan dengan upacara mapalengkungan siyat pajeng (tedung), setelah selesai upacara tersebut Ratu Manca budal kemasing-masing pura. Ratu Samuantiga kembali melinggih di Pengaruman dan nyejer 11 hari.

2.2  Akibat Kalau Tradisi Siyat Sampian Tidak Dilaksanakan
Siyat sampian sudah merupakan tradisi yang diakukan pada saat empat hari setelah pujawali. Karena sudah merupakan tradisi tersebut harus dilaksanakan dan juga sudah merupakan bagian dari rangkaian upacara  di pura samuantiga. Kalau tidak dilakukan maka para penyungsung pura atau warga pura merasa upacara yang dilakukan belum lengkap dan masih ada yang kurang karena upacara dan tradisi tersebut bermanfaat juga sebagai penyucian dan pembersihan. Karena penyungsung pura tidak pernah tidak melaksanakan tradisi tersebut dan akan dilakukan atau diwariskan secara turun-temuru. Merekamenganggap bahwa tradisi disana harus dilakukan karena tradisi mereka itu sangat langka dan harus dijaga dan dilestarikan dan melekat di desa bedulu,blahbatuh-gianyar.

2.3  Perbedaan Siyat Sampian Dengan Siyat Pajeng
Siyat Sampian adalah perang yang dilakukan dengan menggunakan sampian dangsil atau jerimpen dan dilakukan dua kali yang pertma dilaksanakan oleh para permas dan yang kedua oleh para parekan.Sedangkan perang pajeng dilakukan setelah perang sampian dan perang pajeng menggunakan

Sabtu, 16 April 2011

struktur kepribadian

Menurut teori psikoanalitik Sigmund Freud, kepribadian terdiri dari tiga elemen. Ketiga unsur kepribadian itu dikenal sebagai id, ego dan superego yang bekerja sama untuk menciptakan perilaku manusia yang kompleks.

Psikologi Agama

 
Psikologi Agama adalah salah satu cabang psikologi yang objek kajiannya adalah pengaruh agama terhadap pemeluk agama yang diyakininya dan pengaruh kepercayaan terhadap penganutnya serta pengaruh ideologi terhadap orang yang memegangnya.
Pengaruh tersebut terjadi atas jiwa orang-orang tersebut, sedangkan jiwa itu tidak ada wujud yang dapat diteliti secara nyata, maka penelitian dilakukan terhadap tindakan/prilaku, sikap, ucapan dan cara menghadapi masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Psikologi Agama tidak mengkaji ajaran agama (kitab suci, hukum dan ketentuan agama terhadap dosa pahala, syurga neraka dan akhlaq yang diajarkan agama). Juga tidak mengkaji kepercayaan tiada-agama dan ideologi yang dianut masing-masing orang. Psikologi Agama melihat dan mengkaji seberapa jauh pengaruh agama, kepercayaan atau ideologi terhadap cara berpikir (ways of thinking), cara bicara, bertindak / prilaku dan bersikap dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh kerana itu semua orang berkepentingan dengan Psikologi Agama dan dapat memanfaatkannya sesuai dengan kepentingannya masing-masing.
Bidang pendidikan anak misalnya, apabila si ibubapa ingin mendidik anaknya agar kelak menjadi seorang yang taat beragama, berakhlaq terpuji, berguna bagi masyarakat dan negaranya, dia dapat menggunakan pengetahuannya terhadap Psikologi Agama, disamping mengetahui sekedarnya tentang perkembangan jiwa anak pada umur tertentu dan perkembangan ciri remaja. Untuk itu dia dapat membaca buku tentang psikologi anak dan psikologi remaja.
Bila para dakwah ingin mengajak umat hidup sesuai dengan ketentuan agama, taat melaksanakan agama dalam kehidupan mereka, maka dia dapat menggunakan Psikologi Agama dengan lebih dahulu mengatahui latar belakang kehidupan mereka, lalu menunjukkan betapa pentingnya ajaran agama dalam kehidupan manusia. Misalnya, manfaat iman bagi ketenteraman batin, manfaat solat, puasa, zakat dan haji bagi penyembuhan jiwa yang gelisah (fungsi kuratif) dan bagaimana pula manfaatnya bagi pencegahan gangguan jiwa (fungsi preventif) dan selanjutnya pentingnya iman dan ibadah tersebut bagi pembinaan dan pengembangan kesihatan jiwa (fungsi konstruktif). Psikologi Agama memberi gambaran tentang perkembangan jiwa agama pada seseorang, menunjukkan pula bagaimana pembahasan keyakinan (konversi) agama terjadi pada seseorang.
Dan Psikologi Agama juga menjelaskan betapa seseorang mencari agama dan benar-benar mencintainya dalam bentuk mistik. 




Kaitan Psikologi Agama dengan Agama

Religiusitas


Pengertian Religiusitas berasal kata dari bahasa latin religio, yang berakar dari kata religare yang berarti mengikat (Ahmad, 1995). Secara instansial religius menunjuk pada sesuatu yang dirasakan sangat dalam yang bersentuhan dengan keinginan seseorang, yang butuh ketaatan dan memberikan imbalan sehingga mengikat seseorang dalam suatu masyarakat (Ahmad, 1995). Mayer (dalam Kahf, 1995) mengatakan bahwa agama adalah seperangkat aturan dan kepercayaan yang pasti untuk membimbing manusia dalam tindakan terhadap Tuhan, orang lain, dan diri sendiri.
Menurut Anshari (1979) walaupun istilah agama sering disamakan dengan istilah yang lain seperti religi (religion: bahasa Inggris) dan (ad-diin: bahasa arab), pada dasarnya semua istilah ini sama maknanya dalam terminologi dan teknis, meskipun masing-masing arti etimologis, riwayat, dan sejarah sendiri-sendiri.  Anshari (1979) mendifinisikan agama, religi, ad-diin sebagai sistem keyakinan atas adanya yang mutlak di luar diri manusia dan suatu sistem peribadatan kepada sesuatu yang dianggap mutlak, yaitu Tuhan yang mempunyai kekuatan dan kekuasaan, serta sistem norma (kaidah) yang mengatur hubungan sesama manusia dengan manusia, dan dengan alam sekitarnya sesuai dan sejalan dengan keyakinan manusia itu sendiri.
Menurut Madjid (1992), religiusitas seseorang adalah tingkah laku manusia yang sepenuhnya dibentuk oleh kepercayaan kepada kegaiban atau alam gaib, yaitu kenyataan-kenyataan supra empiris. Manusia melakukan tindakan empiris sebagaimana layaknya, tetapi manusia yang memiliki religiusitas meletakan harga dan makna tindakan empirisnya di bawah supra empiris.

Pendidikan Agama Hindu

Pendidikan Agama Hindu sebetulnya bukan merupakan terminologi asing. Namun demikian karena kajian ini berkaitan dengan peristilahan tersebut maka dalam tulisan ini dibahas secara singkat konsep Pendidikan Agama Hindu tersebut sehingga dapat dilengkapi gambaran kajian ini.
Secara sistematis Pendidikan Agama Hindu merupakan kelompok kata yang terbentuk dari bentuk Dasar Pendidikan dan Agama Hindu. Pendidikan dalam konteks ini yang dimaksud adalah seperti yang dinyatakan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, yakni dengan penekanan sebagai usaha sadar yang terencana dalam mengembangkan potensi anak didik (Depdiknas, 2003:6).

Dengan penggunaan kedua bentuk dasar tersebut akan memperjelas pengertian bahwa dalam konteks ini Pendidikan Agama Hindu merupakan usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan potensi dirinya dalam bidang Agama Hindu sehingga anak didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan ajaran Agama Hindu. Hal ini terlihat jelas dalam pasal 30 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Keagamaan yang menyangkut penyelenggara pendidikan agama, fungsi pendidikan agama, tempat penyelenggaraan, serta bentuk penyelenggaraan pendidikan agama (Depdiknas, 2003:30).
Membicarakan konsep Pendidikan Agama Hindu tidak terlepas dari masalah konsep pendidikan agama dalam artri luas di Indonesia. Hal ini dinyatakan oleh Ibu Ahmadi bahwa sejak terjadinya pembrontakan PKI pendidikan agama wajib diberikan di seluruh sekolah dari Sekolah Dasar sampai perguruan tinggi. Dengan demikian merupakan kewajiban seluruh murid untuk mengikuti pendidikan agama dan beragama adalah merupakan syarat mutlak bagi bangsa Indonesia. Berkaitan dengan konsep pendidikan agama ini dinyataka
n bahwa pada tingkat Sekolah Dasar penekanan diletakkan pada proses pembiasaan melaksanakan atau mengamalkan ajaran agama, pada tingkat Sekolah Menengah penekanan diletakkan pada kesadaran serta mempertebal keyakinan anak akan kebenaran ajaran agama, sedangkan pada Pendidikan Tinggi ditekankan pada ilmiah rasional dan memberikan argumentasi yang logis (Ahmadi, 2001: 22-23).
Berdasarkan yang dinyatakan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tersebut di atas sebagai landasan hukum pelaksanaan pendidikan agama di Indonesia termasuk Pendidikan Agama Hindu, serta s
esuai dengan yang dinyatakan oleh Ahmadi di atas, maka dalam konteks ini diartikan bahwa dalam Pendidikan Agama Hindu terkandung konsep lebih menekankan proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan positif pada anak didik sesuai dengan ajaran Agama Hindu.