Daridra Persefektif Kuwlitas Diri
Kemiskinan Moral dan Pengetahuan berpengaruh pada Kuwalitas diri
Oleh:
I Wayan Supartika
09.1.1.1.1.3103
Kelas: B/Siang/ IV
Jurusan: Pendidikan Agama
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Daridra (kemiskinan) merupakan ancaman bagi suatu bangsa, karena dengan adanya kemiskinan negara tidak akan menjadi tenang dan nyaman bagi masyarakat yang berada di negara tersebut. Maka dengan demikian pemerintah harus menyiapkan suatu lembaga untuk mengurangi kemiskinan. Dengan suatu lembaga ini diharapkan bisa mengurangi kemiskinan di Negaranya, baik itu kemiskinan moral maupun kemiskinan ilmu pengetahuan .
Orang menjadi miskin bukan karena seseorang itu dibelenggu takdir-karma (konservatif) ataupun karena malas (liberal), namun orang menjadi miskin karena ketidakadilan struktural oleh Negara maupun pemilik. Kemiskinan yang sangat menakutkan terdapat dalam diri individu-individu adalah kemiskinan moral dan pengetahuan. Dengan miskinnnya moral dan pengetahuan seseorang, maka akan mempengaruhi kualitas dirinya sendiri. Dengan demikana untuk menanggulangi kemiskinan moral dan pengetahuan hendaknya kita mengetahui hal apa saja yang dapat menyebabkan kemiskinan tersebut dan upaya apa saja yang dapat menanggulangi kemiskinan itu.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kemiskinan?
2. Apa yang dimaksud dengan Moral dan Pengetahuan?
3. Apa yang menyebabkan terjadinya kemiskinan moral dan pengetahuan?
4. Bagaimana Kemiskinan dalam diri dipandang dari sudut Nyaya dalam Sad Darasana?
1.3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan ini adalah:
1. Mengetahui Pengertian kemiskinan
2. Mengtahui Pengertian Moral dan Pengetahuan
3. Mengetahui Penyebab Terjadinya Kemiskinan Moral dan Pengtahuan
4. Mengetahui Kemiskinan dalam diri dipandang dari sudut Nyaya dalam Sad darsana
1.4. Metoda Penulisan
1. Dengan cara Praktyaksa Pramana
2. Dengan cara Anumana Pramana
3. Dengan cara Sabda Pramana
2. Dengan cara Anumana Pramana
3. Dengan cara Sabda Pramana
BABII
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Kemiskinan
Menurut Nugroho (2002:165), kemiskinan merupakan kondisi absolute/relative yang menyebabkan seseorang atau kelompok masyarakat dalam suatu wilayah tidak mempunyai kemampuan untuk mencukupi kebutuhan dasarnya sesuai dengan tata nilai atau norma tertentu yang berlaku dalam masyarakat karena sebab-sebab natural, kultural atau struktural. Dengan kemiskinan ini akan mempengruhi sikap keagamaannya karena orang miskin akan selalu ingat dengan Tuhannya misalkan ada masalah pasti orang yang miskin ini akan berdoa “ya Tuhan mengapa ini terjadi dengan hamba” atau ya Tuhan Trimakasih atas rahmatnya”. Dengan ini membuktikan bahwa orang miskin hina dihadapan orang lain tapi orang miskin mulia di hadapan Tuhan.
Kemiskinan hakiki terjadi pada sikap mental atau akhlak dan pola pikir seseorang. Korupsi tidak akan terjadi bila akhlak manusia tidak rusak terutama akhlak dalam diri manusia. Semua proses kebijakan, akan beres dengan sendiri bila kerusakan moral tidak terjadi dalam diri seseorang yang berpengaruh besar pada kualitas diri. Kerusakan moral terjadi lantaran tertutupnya diri seseorang dan hati nurani seseorang. Hal itu berakibat pada hilangnya kebersamaan, perasaan belas kasih, kepedulian serta kearifan sehingga setiap perbuatannya selalu memberikan dampak yang menghancurkan merugikan diri dan lingkungannya.
Tertutupnya hati nurani membawa akibat seseorang hidup di alam penderitaan tanpa akhir sehingga ia tidak lagi mempunyai harapan terhadap masa depannya. Pada akhirnya akan menyebabkan yang bersangkutan mempunyai pola pikir bahwa nasibnya adalah miskin. Dampak lain yang ditimbulkan dari tertutupnya hati nurani manusia terutama dalam diri seseorang adalah adanya golongan masyarakat yang tidak memiliki perasaan dan tidak menghargai orang lain serta alam lingkungan di sekitarnya. Mereka menjadi sewenang-wenang dan mau menangnya sendiri. Dalam kondisi yang semacam ini, mereka hanya memikirkan keuntungan dan kesenangannya dirinya sendiri tanpa mempedulikan kebutuhan dan kepentingan orang lain.
Hal ini menyebabkan karena kemiskinan moral dan pengetahuan yang berdampak pada kualitas diri seseorang dimana hal ini berpengaruh pada rendah atau tingginya kualitas diri seseorang. Hati nurani yang tertutup juga menyebabkan tertutupnya kekuatan daya hidup yang ada di dalam diri sehingga orang yang bersangkutan akan kehilangan energi yang diperlukan untuk bergerak. Ia akan menjadi seorang pemalas yang hanya dapat meratapi nasib karena tidak menyadari bahwa sesungguhnya kemiskinan yang dialaminya adalah akibat dari kotoran atau dosa yang timbul karena perbuatannya sendiri. Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa untuk mengatasi kemiskinan, harus dimulai dari membersihkan dan menjaga moral dan pengetahuan yang berdampak dan berpengaruh pada kualitas diri seseorang agar kemiskinan tidak terjadi dalam diri seseorang.
Dengan mempunyai moral dan pengetahuan serta wawasan yang luas maka akan terhindar dari kemiskinan baik dalam diri maupun dalam lingkungan. Kemiskinan bukan disebabkan tidak adanya keterampilan atau keahlian yang cukup. Kemiskinan bukan masalah tidak adanya pekerjaan tetap, kemiskinan bukan karena tingginya biaya hidup, kemiskinan bukan masalah kebijakan yang tidak berpihak kepada si miskin. Kemiskinan merupakan sebuah masalah pada sikap mental dan pola pikir seseorang yang berdampak pada moral seseorang. Kemiskinan dapat dikatakan sebagai masalah tentang moral yang rusak. Kerusakan moral disebabkan oleh tertutupnya hati nurani seseorang, yang mengakibatkan setiap perbuatannya selalu memberikan dampak yang menghancurkan merugikan diri sendiri dan lingkungannya. Hati nurani yang tertutup mengakibatkan seseorang hidup di alam penderitaan tanpa akhir sehingga ia tidak lagi mempunyai harapan terhadap masa depannya. Pada akhirnya akan menyebabkan yang bersangkutan mempunyai pola pikir bahwa nasibnya adalah miskin.
Tertutupnya nurani manusia menyebabkan orang tidak memiliki perasaan serta tidak menghargai orang lain dan alam di sekitarnya. Mereka menjadi sewenang-wenang, penindas, buas seperti binatang dan mau menangnya sendiri. Dalam keadaan semacam ini, mereka hanya memikirkan keuntungan dan kesenangannya sendiri, tidak peduli pada kebutuhan dan kepentingan orang lain. Tertutupnya hati nurani juga membawa akibat tersumbatnya kekuatan daya hidup pada diri seseorang sehingga manusia yang bersangkutan akan kehilangan energi yang diperlukan untuk bergerak. Ia akan jadi orang malas yang hanya bisa meratapi nasib gara-gara tidak menyadari bahwa sesungguhnya kemiskinan yang dialaminya adalah akibat dari dosa yang timbul karena perbuatannya sendiri. Lentera hati hanya bisa dihidupkan dengan membersihkan diri dari kotoran dosa. Kesadaran individu untuk selalu berusaha menjadi insan mulia yang berguna bagi orang lain akan mampu membuka hati yang tertutup. Nurani tak tertutup bila manusia meminimalisir egoisme (syukur bisa menghilangkan). Hati akan mudah terbuka bila belas kasih, empati, kepedulian kita kepada sesama manusia
2.2. Pengertian Moral dan Pengetahuan
Istilah Moral berasal dari bahasa Latin. Bentuk tunggal kata ‘moral’ yaitu mos sedangkan bentuk jamaknya yaitu mores yang masing-masing mempunyai arti yang sama yaitu kebiasaan, adat. Bila kita membandingkan dengan arti kata ‘etika’, maka secara etimologis, kata ’etika’ sama dengan kata ‘moral’ karena kedua kata tersebut sama-sama mempunyai arti yaitu kebiasaan,adat. Dengan kata lain, kalau arti kata ’moral’ sama dengan kata ‘etika’, maka rumusan arti kata ‘moral’ adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Sedangkan yang membedakan hanya bahasa asalnya saja yaitu ‘etika’ dari bahasa Yunani dan ‘moral’ dari bahasa Latin. Jadi bila kita mengatakan bahwa perbuatan pengedar narkotika itu tidak bermoral, maka kita menganggap perbuatan orang itu melanggar nilai-nilai dan norma-norma etis yang berlaku dalam masyarakat. Atau bila kita mengatakan bahwa pemerkosa itu bermoral bejat, artinya orang tersebut berpegang pada nilai-nilai dan norma-norma yang tidak baik.
‘Moralitas’ (dari kata sifat Latin moralis) mempunyai arti yang pada dasarnya sama dengan ‘moral’, hanya ada nada lebih abstrak. Berbicara tentang “moralitas suatu perbuatan”, artinya segi moral suatu perbuatan atau baik buruknya perbuatan tersebut. Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk.
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang (Notoatmodjo 2003). Menurut Taufik (2007), pengetahuan merupakan penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan lain sebagainya).
Pengetahuan merupakan raja pendidikan dan bersifat rahasia karena pengetahuan kita bisa mengetahui filosofi-filosopi hakikat kebenaran tentang Tuhan dan roh itu sendiri. Pernyataan ini dipertegas dalam kitab bhagavad-gita sloka 9.2
raja-vidya raja guhyam pavitram idam uttamam
pratyaksavagamam dharmyam su-sukham kartum avyayam
Artinya:
Pengetahuan itu adalah raja pendidikan, yang paling rahasia di antara segala rahasia.Inilah pengetahuan yang paling murni, pengetahuan ini adalam kesempurnaan darma, karena memungkinkan seseorang melihat sang diri secara langsung melalui keinsafan. Pengetahuan ini kekal dan dilaksanakan dengan riang.
Dalam kutipan bhagavad-gita diatas bahwa pengetahuan merupakan raja pendidikan karena dengan pengetahuan manusia bisa menghindarkan dirinya dari kemiskina, kebodohan,dll. di katakana demikan dengan pengetahuan manusia bisa menggunakan pikirannya untuk berbuat seuatu untuk menghidarkan dirinya dari kemiskin, dan menjadikan dirinya sebagai sumber pemberantas kemiskinan dengan cara menciptakan lapangan pekerjaan untuk orang lain. selain itu pula dengan pengetahuan manusia bisa menjadi manusia sesungguhnya karena manusia yang sesungguhnya sadar bahwa manusia yang satu dengan yang lain adalah sama yaitu berasal dari Tuhan.